Kamis, 13 Maret 2014

Diposting oleh zero on 04.58


Arti Sebuah Persaudaraan Yang Seseungguhnya


Sebuah kisah yang cukup inspiratif , tentang berartinya sebuah persaudaraan.
"selamat membaca"



Aku di lahirkan di sebuah dusun dusun pegunungan yang sangat terpencil . hari demi hari , orang tuaku membajak tanah keering kuning , dengan punggung mereka menghadap ke langit , aku mempunyai seorang adik , tga tahun lebih muda dari ku.
Yang mencintaiku lebih dari pada aku mencintainya.
Suatu ketika untuk membeli sapu tngan yang mana semua gadis sekelilingku kelihatanya membawanya , aku mencuri lima puluh sen dari lai ayahku.ayah segera menyadarinya . beliau membuat aku dan adik ku berlutut di tembok , dengan sebuah tongkat bambu di tangan ya .
“siapa yang mencuri uang itu”?
Beliau bertanya . aku terpaku terlalu takut untuk berbicara .ayah tidak mendengar siapapun mengaku , jadi beliau mengatakan
“baiklah kalau begitu , kalian ber dua layak di pukul !!!!1”
Beliau mengangkat tonkat bambu itu tinggi – tinggi . tiba – tiba adiku mencengkram tanganya dan berkata ,”ayah , aku yang melakukanya.”!
Lalu tongkat panjang Itu menghantam punggung adikku bertubi – tubi . ayah begitu marahnya hingga ia terus menerus mencambukinya ,sampai beliau kehabisan nafas.sesudah nya , beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi , “kamu sudah bellajar mencuri dari rumah sekarang , hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendantang??”kamu layak di pukul sampai mati !! kamu pencuri tidak tahu malu.”

Malam itu , ibu dan aku memeluk adik ku dalam pelukan kami.tubuhnya penuh dengan luka , tetapi ia tidak meneteskanair mata setetes pun.di pertengahan malam itu saya tiba - tiba menangis mraung – raung . adik ku menutup mulutku dengan tangan kecinya dan berkata, “kak,jangan menangis lagi sekarang . semuanya sudah terjadi .”
Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku . bertahun- tahun telah lewat , tapi kejadian itu masih seperti baru kemarin. Aku tidak akan pernah lupa wajah adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu adikku berusia delapan tahun aku berusia sebelas tahun.
Ketika adikku berada pada tahun terakhir nya di SMP m ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten.
Pada saat yang sama , saya di terima untk masuk di sebuah unuversitas provinsi . malam itu , ayah sedang duduk di ters rumah sambil menghisap rokok tembakaunya , bungkus demi bungkus.saya mendengarnya memberengut , “ ke dua anak kita memeri hasil yang begitu baik “ ibu mengusap air mata ya yang mengalir dan menghela nafas, “apa gunanya ??bagai mana kita bisa membiayai keduanya sekaligus ?”
Saat itu juga ,adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan ber kata “ayah saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi ,telah cukup membaca banyak buku .”
Ayah mengayunkan tangan ya dan memukkul adikku pada wajahnya.”mengapa kau begitu mempunywi jiwa yang begitu lemahnya??”bahkan jika berarti saya harus mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kalian sampai selesai.!”
Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumahd dusun itu untuk memiinjam uang.
Aku menjulurkan tangan selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak , dan berkata
“seorang anak laki – laki harus meneruskann sekolahnya , kalau tidak ia tidak akan pernah meningalkan jurang kemiskinan ini” .aku sebaliknya ,telah memutuskan untuk tidak melanjutkan lagi ke universitas.
Siapa sangka ke esokan harinya sebelum subuh datang , adikku meninggalkan rumah dengan beberaoa helai pakaian lusuh dan kacang yang sudah mengering . dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantal ku : “kak, masuk ke universitas tidaklah mudah .saya akan akan pergi mencari uang .”
Aku memegang kertas di atas tempat tidurku , dan menagis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang .
Tahun itu , adikku berusia tujuh belas tahun. Aku duapuluh tahun.dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnyadi likasi konstruksi , aku akhirnya sampai di tahun ke tiga . suatu hari aku sedang belajar di kamarku , ketika teman sekamarku memberitahukan.
“ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana!”
Mengapa ada penduduk dusun mencariku ? aku berjalan ke luar , dan melihat adikku dari jauh ,seluruh badanya kotor tertutup debu semen dan pasir . aku menanyakanya,
“mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku??”
Dia menjawab , tersenyum ,”lihat bagaimana penampilanku . apa yang meraka pikir jika mereka taahu saya adalah adikmu ?apakah mereka tidak akan menertawakanmu?”
Aku merasa terenyuh , dan air mata memenuhi mataku .aku menyapu debu – debu dari adikku semuanya , dantersekat – sekat dalam kata – kataku ,”aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apapun juga!kamu adalah adikku ku bagaimana pun penampilanmu....”
Dari sakunya ,ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu – kupu. Ia memakaikanya pada ku, dan terus menjelaskan , “saya melihat semua gadis kota memakainya.saya pikir kamujuga harus memiliki satu.”
Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi ,aku menarik adikku ku ke dalam pelukannku dan menagis dan menangis.
Tahun itu ,ia berusia 20 ,aku 23 .kali pertama aku membawa pacarku ke rumah , kaca jendela yang pecah telah di ganti , dan kelihatan bersih di mana – mana.setelah ppacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibu ku. “bu , ibu tidak perlu mnghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita !”
Tapi katanya sambil teersenyum ,”itu adalah adik mu yang pulang awal untuk membersihkanrumah ini. Tidak kah kamu melihat luka pada tanganya ??ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu.”
Aku masuk ke ruangan kecil adikku . melihaaat mukanya yang kurus , seratus jarum terasa menusukku .aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan membalut lukanya .”apakah itu sakiit ?”aku menanyakanya .
“tidak , tidak sakit.ksmu tshu ketiks saya kerja di lokasi konstruksi , baatu – batu berjatuhan pada kaki ku setiap waktu . bahkan itu tidak menghentikan ku bekerja dan.” Di tengah kalimat itu ia berhenti .
Aku membalikan tubuhku ,memunggungunya , dan air mata ku pun mengalir deras turun ke wajahku.
Tahun itu, adikku 23 , aku berusia 26.
Ketika aku menikah , aku tinggal di kota .banyakk kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami , tapi mereka tidak pernah mau , sesekali meninggalkan dusun , mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa . adikku tidak setuju juga , mengatakan ,”kak, jagalah mertuamu saja.saya akan menjaga ibu dan ayah di sini .”
Suamiku menjadi direktur pabrik . kami mengginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manager pada departemen pemeliharaan . tetappi adikku menolak tawaran tersebut . ia bersikeras bekerja sebagai pekerja reparasi . suatu hari ,adikku berada di atas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel , ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit .suamiku dan aku pergi menjenguknya .melihat gips putih pada kakinya , saya menggerut ,”mengapa kamu menolakmenjadi manager ? manager tidak akan pernah melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini.lihatlah kamu sekarang, luka yang begitu serius , mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?”
Dengan tmpang yang serius di wajahnya ,ia membela keputusanya ,”pikirkan kakak ipar ,ia baru saja jadi direktur , dan saya hampir tidak ber pendidikan.jika saya menjadi manger seperti itu , berita apa yang akan di kirmkan??”
Mata suamiku di penuhi air mata , dan kemudian keluar kata – kata ku yang sepataha- patah: “tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!!”
“mengapa membicarakan masa lalu ?”adikkumenggengam tangan ku.
Tahun itu ,ia berusia 26 dan aku 29.
Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu.dalam acara pernikahanya, pembawa acara perayaan itu bertanya ,”siapa yang paling kamu hormati dan kasihi??”
Tanpa banyak berpikir ia menjawab ,
”kakak ku .!”
Ia melanjutkan dengan menceritakan kembalii sebuah kisah yang bahkan tidak dapat ku ingat.
“ketika saya pergi sekolah SD ,ia berada pada dusun yang berbeda .setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah . suatu hari , saya kehilangan satu dari sarung tangan ku . kakakku memberikan satu dari kepunyaanya . ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu . ketika kami tiba di rumah, tanganya begitu gemeterran karena cuaca yang begitu dinggin , sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya . sejak saat itu , saya bersumpah , selama saya masih hidup , saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya.”
Tepuki tangan membajiri ruangan itu . semua tamu memalingkan perhatianya pada ku. Kata – kata begitu susah ku ucapkankeluar dari bibirku.
“dalam hidupku orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku.”dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini , air mata ku turun ber cucuran dari wajah ku seperti sungai.”

original title : i cried for my brother six times

sumber :translate dari http://www.taimeng.com/writing/ProseEng/i_cried.htm



Kindly Bookmark and Share it:

0 komentar :

Posting Komentar

 

About Me

zero
"we never know, if we never try"
Lihat profil lengkapku

Recent posts

Recent Comments

© 2014 -=Dreamer=- Template by My Blogger